Sumber : google
Gereja adalah suatu kata bahasa Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut iman Kristiani. Di Indonesia ada beberapa macam penganut Kristiani, salah satunya adalah kristen Jawi Wetan. Dan salah satu gerejanya ada di Surabaya yang biasa disebut GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) yang terletak di Jl. Ngagel Jaya Selatan No.168, Baratjaya, Gubeng, Kota Surabaya.
GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) adalah persekutuan gereja-gereja yang berbasis daerah di Jawa Timur. Menurut Pendeta Soewignyo, Kristen Jawi Wetan berawal dari pikiran para penganutnya bahwa berkontak dengan tuhan mereka itu menggunakan batin yang terdalam. Bahasa batin tersebut tergantung dengan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh para penganutnya. Sehingga, dibentuklah Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) karena di daerah Surabaya sendiri bahasa yang dominan digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa tersebut membawa kultur-kultur lainnya. Oleh karena itu, mereka beribadah sesuai dengan penghayatan dimana mereka dibesarkan dengan menggunakan bahasa sehari-hari agar mempermudah mereka menghayati do’a dalam ibadah tersebut.
Pada saat ini toleransi sangatlah dibutuhkan di kalangan masyarakat, apalagi toleransi antar umat beragama, terkadang ada sebagian orang yang menganggap bahawa agama itu tidak dapat ditoleransi, banyak dari mereka yang menganggap bahwa ketika ada seseorang yang berbeda keyakinan, maka mereka akan menganggap orang itu seperti orang aneh, seakan-akan bahwa orang tersebut adalah pendosa besar. Padahal sikap toleransi sendiri sangat ditekankan pada semua agama, tidak hanya pada agama tertentu saja. Memang benar jika masalah ibadah tidak dapat ditoleransi, namun ketika kita berada di lingkungan masyarakat, toleransi tersebut tetap harus ada meskipun kita memiliki keyakinan yang berbeda dengan beberapa orang tersebut.
Toleransi GKJW menurut pendeta Soewignyo sendiri, ada 4 tahap. Yang pertama tahap ignore, yang dimaksud dengan toleransi tahap ignore adalah mereka tahu tetapi mereka tidak sadar bahwa ada orang yang berbeda keyakinan dengan mereka, mereka beranggapan bahwa mereka tidak membutuhkan orang lain yang berbeda keyakinan dengan mereka, mereka lebih condong ke individualis. Yang kedua tahap eksklusif, karakteris tahap eksklusif adalah mereka sadar bahwa ada orang lain yang berbeda keyakinan dengan mereka, namun mereka menganggap orang yang berbeda keyakinan degan mereka adalah bukan siapa-siapa. Yang ketiga tahap apologen, karakter tahap ini adalah orang itu sadar bahwa mereka mempunyai sesuatu, mereka menganggap bahwa mereka pasti bisa menunjukkan hal tersebut. Mereka juga menganggap bahwa paham dan teologi keyakinan mereka jauh lebih stabil dan jauh lebih segalanya. Yang keempat tahap idealis, tahap ini adalah mereka tidak peduli apakah suatu hal itu salah atau benar, yang jelas ketika mereka menjumpai ada korban, mereka harus menolong korban tersebut karena mereka memiliki kepedulian sosial dan kepedulian kemanusiaan.
Salah satu contoh tolernsi yang dilakukan leh GKJW adalah terkadang jika mereka sedang melakukan ibadah sore itu bertepatan dengan masuknya waktu sholat ashar,dan karena posisi GKJW di ngagel tersebut berdampingan dengan masjid, jadi ketika mereka sedang melakukan ibadah sore, mereka juga terdengar suara-suara adzan, namun mereka tidak pernah mempermaslahkan hal tersebut, justru mereka memaklumi karena memang saat mereka beribadah sore bertepatan dengan masuknya waktu sholat ashar bagi umat Muslim. Juga ketika mereka sedang ada acara perkumpulan di rumah, bertepatan dengan adanya suara banjari yang berasal dari rumah tetangganya, mereka juga tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, justru mereka ikut mendengarkannya ketika perkumpulan mereka selesai. Itulah letak toleransi GKJW kepada umat yang berbeda kepercayaan dengan mereka.
Sikap toleransi yang dilakukan di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) tersebut patut dicontoh oleh masyarakat zaman sekarang, karena dengan melakukan toleransi seperti halnya yang dilakukan di GKJW maka tidak akan ada konflik antar umat beragama, juga akan menciptakan kerukunan dikalangan masyarakat, terutama dikalangan umat beragama. Karena pada saat ini urusan tentang keagamaan adalah hal yang sangat sensitif jika dibicarakan, banyak orang yang kurang menerapkan sikap toleransi antar umat beragama sehingga banyak pula kesalahpahaman yang berujung pada konflik antar umat beragama. (Imanilah Ammanda)