Mahasiswa yang katanya agent of change mendadak berubah menjadi istilah agent of money. Memang penggerak kedua setelah Tuhan adalah Uang, Aku dan temanku sudah menyadarinya ketika kita sedang berkumpul melakukan sebuah aksi. Aku dan temanku direcoki oleh segelintir orang berpakaian hitam bermuka kusam sedikit berkeringat karena gerah kepanasan. Ketika Aku ditanya, “apa tujuanmu disini?”, Aku tertawa terbahak-bahak dengan temanku. Banyak yang ikut aksi saat itu menerima uang dari orang berbadan besar tadi dengan tujuan memulangkan massa aksi. Aku berkata dalam hati dengan berbagai argumen aneh, sedikit tolol dan kasar. Argumenku berlandaskan keuangan, Aku berpikir positif namun kasar. “mungkin mereka butuh asupan makan dan rokok cok” ujarku. Satu pertanyaan dalam hati sambil tertawa dengan temanku ketika membahas degradasi keuangan yang mereka alami. Benar yang dikatakan setiap orang bahwa uang bisa menggerakkan segalanya. Aku merasakannya sambil merasa terpuruk dalam lamunan seakan-akan Aku hangus terbakar, bahwa mahasiswa sudah menunjukkan kekurangannya. Banyak yang mengawasi massa aksi saat itu. Bukan dari militer saja, tetapi banyak yang mengawasi kita dan mengawal bahkan bergabung. Aksi yang diiringi dengan teriakan lantang yakni, “revolusi”. Namun Aku sedikit tertawa ketika mendengar teriakan massa dengan menambahi kata  “honda”. Berteriak “revo honda”, itu adalah teriakanku karena terinspirasi oleh salah satu video yang viral.

Agent of Change hanyalah sebuah istilah belaka ketika melihat realitas saat ini. Apakah yang perlu dirubah?, yang pasti dirubah adalah derajat keluarga namun tidak akan pernah lepas dengan masalah ekonomi berbalik lagi masalah keuangan. Tidak ada masalah yang tidak dapat selesai tanpa keuangan, karena titik tumpunya selalu dalam kondisi ekonomi seperti kalian ketika membayar UKT, membeli buku sebagai kebutuhan, ngopi, maupun meet up dengan pacarmu. Semua membutuhkan uang, inilah yang menjadi tantangan kita sebagai mahasiswa apalagi saat pandemi COVID 19. Menyusutnya perekonomian keluarga membuat kalian semua pasti merasa kesusahan apalagi status kalian sebagai mahasiswa yang takut menyusahkan perekonomian keluarga. Pandangan kita pasti sudah muncul untuk membantu perekonomian keluarga yang pasti dengan cara halal yang pertama, yang kedua entah dengan cara apa yang penting menghasilkan uang seperti menjadi seorang wirausahawan dengan mempelajari teknik penjualan contoh jual diri, misalnya.

Pandemi COVID 19 membuat mahasiswa melaksanakan kuliah online selama satu semester. Sama seperti yang Aku rasakan saat menjadi mahasiswa tapi dibatasi dengan kuliah offline. Hal ini menurutku tidak kodusif ketika Aku merasakannya sendiri. Mahasiswa memang negatif COVID tetapi mahasiswa positif stupid. Aku pun menyadari bahwa masih banyak kendala saat kelas online seperti kendala dengan paket data yang tidak semua mahasiswa yang dapat, maupun lewat aplikasi zoom dan google meet karena Aku sendiri pernah merasakan keluar dari kelas karena gangguan signal dan lain-lain. Kita sebagai mahasiswa masih diberatkan lagi dengan berbagai kelas meskipun terkadang lucu ketika menyadarinya. Banyak temanku sesama mahasiswa yang malah pasrah dengan keadaan, karena dari mereka selalu mengatakan bahwa tetap semangat walaupun kita masih goblok. Aku lebih menyayangkan ketika masuk perpustakaan kampus saja tidak bisa sedangkan kita masih membutuhkan buku-buku untuk belajar. Pernah Aku coba masuk kampus untuk meminjam buku tetapi dilarang karena belum daftar untuk izin masuk kampus dengan alasan sterilisasi kampus. Ketika mendengar ucapan satpam kampus yang kemarin viral karena tiktok, Akupun tertawa terbahak-bahak. Sterilisasi kampus kok malah ada pernikahan dengan menyewa gedung kampus, Bank dalam kampus kok masih beroperasi, tempat fitness kampus kok masih dibuka, apakah ini yang dinamakan sterilisasi kampus?. Mahasiswa sudah lelah dengan hanya kuliah online terus sampai saat ini ketika diberi tugas Akupun masih merasa bingung dan lupa bagaimana cara mengerjakan tugas karena otakku seperti ter-restart.

Mahasiswa sekarang masih terbelit dengan kebutuhan yang paling utama adalah ekonomi, kembali kepada topik pertama yakni mahasiswa sebagai Agent of Money. Aku dan temanku yang UKT-nya mahal menyadari akan kebutuhan itu kecuali mereka yang mendapat UKT murah maupun bagi mereka yang mampu. Timbul kutipan dalam hati bagi mahasiswa baru yaitu ucapan selamat, selamat masuk dalam kampus yang tidak peduli dengan perkembangan akademisi dengan mahasiswa yang selalu dibodohi dan selamat datang mahasiswa penerus pembangunan kampus karena uang kalian sangat berharga untuk mengangkat nama kampus sebagai kampus megah namun lemah bagi kemampuan akademisi nya. Jangan berkecil hati bagi mahasiswa, sebagai Agent of Money rubahlah strata ekonomi. Kalian bungkam semuanya dengan uangmu dan buktikan bahwa kalian bisa berkembang menjadi akademisi maju tanpa belas kasih orang lain dan belilah investasi untuk mengembangkan akademisi kalian dahulu baru menyadari realitas sosial saat ini. Kalian sudah susah menjadi mahasiswa, sudah beli paket data mahal, kuliah online hampir setiap harinya menghabiskan 1 GB, bayar UKT, beli buku sendiri, mencintainya juga karena kelelahan kalian juga harus ditemani penyemangat dan saya sarankan jangan menjadi jomblo yang khaffah seperti teman  kuliah saya, tetaplah semangat dan berani.

Refan.