doc.forma

Rasisme lagi-lagi menjadi persoalan yang santer dibicarakan saat ini khususnya di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, terjadi kekacauan-kekacauan yang menimbulkan kerisauan masyarakat Indonesia,terutama warga daerah timur, yaitu Papua. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari kekacauan tersebut adalah tekanan mental , untuk itu pemerintah memberikan perhatian khusus pada masyarakat terutama terhadap masyarakat Papua.

Paham rasisme mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, sifatnya negatif dan dampaknya sangat merugikan kelompok masyarakat tertentu. Paham ini tidak seharusnya dikembangkan dalam masyarakat dunia yang heterogen karena tujuannya mementingkan salah satu pihak dan merugikan pihak lainnya.

Masih ingatkah kita terhadap perjuangan seorang Nelson Mandela di Afrika Selatan dalam melawan rasisme perbedaan kulit antara hitam dan putih ? Ia adalah presiden Afrika Selatan Pertama yang berkulit hitam dan terpilih melalui pemilu multiras. Ia berusaha mengembalikan hak-hak yang juga berhak didapatkan oleh orang berkulit hitam, bahkan ia rela dipenjara selama 27 tahun demi mencapai tujuannya. Ia mengatakan lebih baik mati daripada dibebaskan, meskipun pada akhirnya ia dibebaskan pada tahun 1990 atas permintaan dunia internasional. Perjuangannya melawan politik apartheid memang patut kita hargai. Karena perjuangan itu juga ia mendapatkan nobel perdamaian.

Rasisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda, paham yang menganggap bahwa ras sendiri paling unggul. Rasisme yang terjadi di Indonesia, sejatinya dipengaruhi oleh keegoisan masing-masing serta meremehkan kemampuan golongan tertentu yang dianggap lebih rendah kedudukannya.

Sikap rasisme biasanya diidentikkan dengan kata SARA yang merupakan kependekan dari Suku, Agama, dan Ras.  Tindakannya yaitu membedakan bahkan diskriminasi warna kulit, suku, bahasa, dan agama terhadap golongan tertentu. Sikap rasisme itu sendiri notabene nya sudah melekat pada diri manusia sebagaimana keegoisannya. Sifat rasis juga didapatkan melalui pengaruh lingkungan misalnya tempat tinggal, pergaulan dengan teman dan organisasi yang rasis.

Sikap sombong, egois, dan meremehkan kelompok tertentu memicu rasisme dan tidak sedikit sikap rasis yang terjadi di dunia ini, bahkan tiap negara. Peristiwa ini sangat menakutkan mengingat dapat menimbulkan suatu perpecahan antar masyarakat. Oleh karena itu untuk melawan sikap rasis ini sering disuarakan di seluruh belahan dunia.

Di Indonesia perlawanan terhadap sikap rasis sejatinya telah menjadi wacana yang diangkat oleh pemerintah pada perayaan HUT ke-74 RI, di mana pemerintah memberikan pidato-pidato di depan umum dengan menekankan pada persatuan bangsa tanpa memandang perbedaan suku dan budaya untuk saling merangkul satu sama lain.Hal ini disampaikan guna untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

Sebab sejatinya, negara Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang maknanya berbeda-beda tetapi tetap satu jua, yaitu Indonesia memiliki banyak bahasa, budaya, suku, ras, agama, dan perbedaan lainnya. Oleh karenanya kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan masing-masing. Tidak saling meremehkan dan merendahkan seperti yang terjadi saat ini.

Seperti dalam Islam juga diajarkan untuk menghormati dan menghargai satu sama lain karena agama Islam pun disebarkan dengan cara yang sopan dan santun. Nabi Muhammad saja terhadap orang-orang Yahudi yang ikut tinggal di Madinah saat itu tidak memperlakukannya dengan keras dan diskriminatif.

Perbedaan harusnya menjadi alat untuk saling mengenali satu sama lain.Dengan perbedaan membuat seseorang memiliki ciri khas sendiri sebagai pembeda dengan masyarakat lain sehingga mudah untuk saling mengenali tanpa harus saling menjatuhkan.

Sebagai mahasiswa sebaiknya kita tidak ikut serta bersikap rasis. Karena kita adalah generasi penerus bangsa yang kelak akan menjadi penggerak di masa depan. Jika rasisme dibiarkan mau jadi apa negara ini? ~Aisyah